PPKn

Pertanyaan

Perjuangan kapitan pattimura

2 Jawaban


  • ROSELMA BR PANJAITAN/PIS

    Pattimura pada masa kecilnya bernama Thomas Matulessy. Pattimura lahir di Ambon tahun 1783. Ia pernah menjadi tentara Inggris berpangkat Sersan. Pada waktu itu Belanda harus menyerahkan wilayah jajahannya diantaranya Maluku kepada Inggris. Namun, pada tahun 8116 Belanda kembali berkuasa di Maluku. Rakyat Maluku hidup menderita akibat penindasan Belanda. Rakyat dipaksa kerja rodi. Kekayaan Maluku dikuras Belanda.

    Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda, Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.


    Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "Kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.


    Rakyat Maluku melakukan perlawanan. Sebelum melakukan perlawanan, rakyat Maluku melakukan rapat rahasia. Rapat rahasia menghasilkan keputusan untuk mengangkat Thomas Matulessy sebagai pemimpin. Ia mendapat julukan Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura menyerbu Belanda. Penyerbuan dilakukan dua kali. Pertama, pada tanggal 14 Mei 1817 Kapitan Pattimura menyerang pos Belanda. Penyerangan berhasil menangkap Residen Van Den Berg. Namun, residen tersebut dibebaskan dan diperbolehkan kembali ke benteng. Penyerbuan kedua pada tanggal 16 Mei 1817. Pasukan Kapitan Pattimura menyerang benteng Duurstede. Benteng dapat dikuasai. Semua tentara Belanda ditangkap. Residen, istri, dan dua anaknya tewas.

    Pasukan Belanda yang dipimpin Mayor Beetjes berusaha merebut kembali benteng Duutstede pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan.Kapitan Pattimura melakukan perlawanan, Pasukan Mayor Beetjes mundur. Selama tiga bulan benteng itu dikuasai Kapitan Pattimura dimana Kapitan Pattimura dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Belanda kembali mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menyerang Kapitan Pattimura. Pasukan Pattimura kemudian mengosongkan benteng itu.

    Belanda mengadakan sayembara untuk menangkap Kapitan Pattimura. Bagi yang bisa menangkap Kapitan Pattimura akan mendapat hadiah 1000 gulden. Kapitan Pattimura belum tertangkap juga. Belanda kemudian mengadakan serangan besar-besaran tanggal 15 Oktober 1817. Pada bulan November 1817, Kapitan Pattimura ditangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Kapitan Pattimura dihukum gantung. Untuk menghormati jasa-jasanya pemerintah Republik Indonesia menetapkan Kapitan Pattimura sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

    #semogamembantu
  • Perjuangan Pattimura
    Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinas militer ini dipaksakan. Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng- benteng pertahanan.

Pertanyaan Lainnya